Maluku, Aktual News-Melihat jumlah pasien positif covid-19 masih terus mengalami peningkatan diiringi sebarannya yang ternyata sudah menjangkau ke-34 provinsi, “Jakarta Leke-Daholo Institute” atau yang disingkat “Jaleda Institute” meminta pemerintah dan DPR RI bersama para Kepala Daerah bersama DPRD sama-sama mempertimbangan penyekatan wilayah, terutama pada kabupaten/kota yang sampai hari-hari ini nyata-nyata belum ada warganya yang diketahui positif terinfeksi. Pendapat ini dikemukakan oleh Peneliti pada “Jaleda-Institute”, Rizal Darmawan, melalui telepon selulernya kepada media ini, pagi hari Senin (21/4). Sebab menurut hasil analisis perkembangan wabah virus mematikan ini secara nasional mau pun spesifik di DKI Jakarta sampai terakhir pada malam hari Senin (21/4) belum bisa disimpulkan sesuatu apa pun misalnya tentang apakah ada kemungkinan intensitas penyebaran wabah ini akan menurun dalam waktu dekat sebelum akhir bulan April 2020, kecuali terungkap angka pasien positif terinfeksi terus bertambah dan sebaliknya perbandingan prosentase (%) jumlahnya pasien positif di ibukota pada tiap hari dengan di daerah-daerah menurut peta sebarannya antar provinsi berangsur-angsur mulai mengalami pergeseran. Untuk meneguhkan argumentasinya, melalui aplikasi WhatsApp Rizal kemudian mengirimkan hasil kalkulasinya dalam beberapa tabel dilengkapi hasil analisis yang menerangkan berbagai fenomena. Ada tabel yang memperlihatkan jumlah pasien positif dibarengi pasien sembuh dan meninggal tiap hari secara nasional beserta prosentase kenaikan pasien positif dari hari kemarinnya, ada tabulasi yang sama untuk DKI Jaya, dan ada juga yang menampilkan skala perbandingan kenaikan jumlah pasien positif di ibukota dengan besaran kenaikannya secara nasional dalam angka nominal dan prosentase (%) selama 10 (sepuluh) hari sebelum sampai 10 (sepuluh) hari sesudah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak hari Jumat (11/4) yang lalu. Ternyata ada benarnya seperti dikatakan Rizal, hasil kalkulasi itu meneguhkan argumentasinya tentang angka pertambahan jumlah pasien positif secara nasional tidak konstan melainkan terus mengalami kenaikan secara fluktuatif. Misalnya, ketika Presiden Jokowi menetapkan penyebaran wabah ini sebagai Bencana Nasional melalui keputusan Presiden No. 12 tahun 2020 hari Senin 13 April 2020 pada hari itu pertambahan jumlah pasien positif secara nasional mencapai 316 orang atau 7,46 % dibanding angka total pada hari sebelumnya Minggu 12 April 2020 berjumlah 4.241 orang, tetapi selang seminggu sebelum dan seminggu sesudah momentum itu, sama-sama menampilkan fluktuasi atau naik-turun. Hari Sabtu (11/4) misalnya, jumlah pasien positif bertambah 330 orang atau 9,40% dibanding hari sebelumnya Jumat (10/4), tetapi esoknya hari Minggu (12/4) naik menjadi 399 orang atau 10,39% dari hari sebelumnya, Sabtu (11/4). Datang pada pasca Keppres No. 12, hari Kamis (16/4) pasien positif bertambah 380 orang atau 7,40% dari hari sebelumnya ternyata esoknya hari Jumat (17/4) malah bertambah 407 orang. Akan halnya di DKI, hari Selasa (7/4) jumlah pasien positif bertambah 128 orang atau 10,09% dan hari Rabu (8/4) turun menjadi 47 orang atau hanya 3,6% tetapi esoknya lagi (Kamis 9/4) bertambah 189 orang atau 13,10%. Begitu pula pasca penerapan PSBB hari Jumat (10/4), jumlahnya pada hari Selasa (14/4) sebanyak 107 orang atau 4,77% esoknya Rabu (15/4) turun hanya 98 orang atau 4,17% tetapi esoknya Kamis (16/4) naik lagi menggila sebesar 223 orang atau 9,11%. Lelaki belia asal Maluku Barat Daya yang semula berdomisili di Namlea Pulau Buru ini mengaku, dirinya mulai tertarik konsern melakukan telaahan mengenai perkembangan wabah virus ini selang beberapa hari setelah Presiden Jokowi secara resmi mengumumkan ke-2 orang permulaan yang terinfeksi pada hari Senin (2/2) lalu. Fokus kajiannya antara lain melihat prosentase (%) jumlah pasien yang sembuh dan meninggal dibanding jumlah pasien yang terbukti positif sudah terinfeksi pada tiap hari dan berapa prosentase (%) jumlah pasien positif baru pada hari itu dibandingkan dengan hari kemarinnya. Rizal akhirnya berkesimpulan, indikator yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan tentang apakah ada kemungkinan penyebaran wabah ini bisa mengalami penurunan signifikan dalam beberapa hari ke depan masih sangat fluktuatif, dengan kata lain masih terlalu dini bila ada yang berasumsi seakan-akan pada waktu tertentu wabah virus ini akan segera mereda atau bahkan berhasil dihentikan. Langkah Jokowi melalui Kepres No. 12 tahun 2020 ternyata belum cukup ampuh memberikan jejak untuk menelusuri kemungkinan-kemungkinan dimaksud, sama halnya penerapan PSBB di DKI oleh Gubernur Anies Baswedan. Inilah alasannya, dia menawarkan pendekatan penyekatan wilayah sebagai salah satu alternatif dalam kerangka penanggulangan virus covid-19, sekaligus agar memudahkan penanganan pasien-pasien positif mau pun ODP dan PDP yang sudah ada sekarang baik secara nasional mau pun oleh masing-masing Pemerintah Daerah. Penyekatan wilayah yang dimaksudkan ini, kata dia, apa pun istilahnya tentu merupakan wewenang Pemerintah Daerah dengan memperhatikan kebijakan Pemerintah Pusat, akan tetapi konstruksinya antara lain meniadakan interaksi warga antar-daerah secara face to face kecuali kalangan yang diizinkan Pemerintah seperti aparat Keamanan TNI/Polri serta jajaran tenaga Medis/Paramedis, sedangkan komunikasi satu sama lain di luar itu untuk sementara waktu cukup saja melalui layanan digital. Dia mengaku yakin, asalkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah bersama aparat keamanan konsisten dalam penerapannya, niscaya model penyekatan wilayah merupakan salah satu alternatif paling efektif meminimalisier penyebaran wabah ini secara nasional. [ Red/Akt-13 ] Munir Achmad Aktual News
Covid-19 Terus Mewabah, Kabupaten/Kota Yang Masih Steril Ada Baiknya Disekat
Sabtu 25-04-2020,21:11 WIB
Editor : Aktual News
Kategori :