Ketika Satu per Satu Meninggalkan Kapal
AktualNews -Satu per satu mulai meninggalkan. Begitulah hidup, tak semua yang kita perjuangkan akan terlihat baik di mata orang lain. Ada kalanya niat tulus justru disalahartikan, dan kerja keras dianggap ambisi pribadi. Dalam perjalanan itu, kita akan menemui pengkhianatan-datang dari mereka yang dulu berdiri di sisi kita.
BACA JUGA:Menakar Masa Depan Jurnalisme Indonesia di Tengah Arus Digital
Mereka menjauh, satu per satu, dengan alasan yang sering tak pernah kita pahami. Ada pula yang tetap bertahan, tapi diam-diam menikam dari belakang. Mereka menjelekkan nakhoda saat kapal mulai oleng, namun tak juga mau turun dari geladak. Mereka ingin tetap berada di atas kapal, menikmati hasil perjalanan, tetapi tak ikut menanggung badai.
BACA JUGA:Dihajar Badai Bertubi-tubi, DP Makin Aneh dan Linglung
Itulah wajah kehidupan-tak semua yang tampak setia benar-benar setia. Kadang yang paling keras berteriak tentang kesetiaan adalah mereka yang pertama melompat saat ombak datang. Namun, bagi sang nakhoda sejati, badai bukan alasan untuk berhenti berlayar. Ia tahu, kejujuran dan keberanian tidak selalu mendapat tepuk tangan, tapi tetap menjadi kompas yang paling dapat dipercaya.***