Bogor, AktualNews- Di tengah derasnya arus modernisasi dan menjamurnya makanan cepat saji, keberadaan panganan tradisional semakin terpinggirkan. Salah satu yang kini mulai jarang ditemukan namun memiliki nilai gizi dan sejarah panjang dalam budaya Nusantara adalah umbi talas balitung.
Talas balitung, yang tumbuh subur di daerah perbukitan dan tanah lembap, dikenal memiliki tekstur lembut serta rasa gurih yang khas setelah dimasak. Bentuknya yang unik—memanjang dan sedikit melengkung—membuatnya mudah dikenali di antara jenis umbi-umbian lainnya. Dahulu, talas balitung menjadi salah satu sumber karbohidrat utama masyarakat pedesaan sebelum beras menjadi makanan pokok yang dominan.
BACA JUGA:Rebutan Teh Solo Pasca Jumatan, Seorang Tua Tidak Mengalah Dengan Anak Kecil
Selain penuh kalori sebagai sumber energi alami, talas balitung juga menyimpan berbagai manfaat kesehatan. Kandungan seratnya yang tinggi baik untuk pencernaan, sementara mineral seperti kalium, magnesium, dan zat besi membantu menjaga tekanan darah serta daya tahan tubuh. Tidak hanya itu, talas balitung juga mengandung vitamin C dan B kompleks yang berperan penting dalam metabolisme dan kesehatan kulit.
Dalam kehidupan tradisional, talas balitung sering diolah dengan cara sederhana—direbus, dikukus, atau digoreng. Namun kini, banyak kreasi baru yang dapat dikembangkan, mulai dari keripik talas balitung, kolak talas, hingga kue tradisional berbahan dasar umbi ini. Rasanya yang lezat dan khas menjadikannya alternatif pangan lokal yang berpotensi dikembangkan menjadi produk unggulan daerah.
Melestarikan talas balitung bukan hanya soal mempertahankan cita rasa masa lalu, tetapi juga bagian dari menjaga kearifan lokal dan ketahanan pangan bangsa. Di tengah ancaman krisis pangan global, kembali ke pangan lokal seperti talas balitung adalah langkah bijak untuk memastikan kemandirian dan keberlanjutan sumber makanan kita.
BACA JUGA:Ini Waktu yang Baik untuk Ngopi, Selain Meningkatkan Produktivitas Juga Kreativitas
Kini saatnya masyarakat, terutama generasi muda, kembali mengenal dan mencintai panganan tradisional ini. Sebab di balik kesederhanaan umbi talas balitung, tersimpan warisan budaya dan kekayaan alam yang luar biasa.***