Jakarta, AktualNews - Dalam artikelnya berjudul “Kebijakan Rusia dalam Melestarikan Nilai-Nilai Spiritual dan Moral Tradisional” yang dipublikasikan di harian Republika (15/10/2025), Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia, Sergei Tolchenov, menegaskan bahwa Rusia modern bukan sekadar kekuatan besar, melainkan sebuah peradaban bernegara dengan sejarah ribuan tahun.
Tolchenov menjelaskan, di wilayah Eurasia yang luas, sekitar 200 kelompok etnis dan puluhan budaya serta agama hidup berdampingan secara harmonis. Rakyat Rusia, katanya, menaruh penghargaan tinggi terhadap masa lalu, ikatan antargenerasi yang tak terputus, serta warisan budaya dan sejarah yang kaya sumber kekuatan dan inspirasi nasional sekaligus landasan pembangunan masa depan.
BACA JUGA:Pidato Wilson Lalengke Dianggap Menginspirasi, Komite PBB Sampaikan Apresiasi
Menurutnya, Rusia menawarkan pendekatan alternatif terhadap arus globalisasi yang kerap mengikis identitas budaya. Pendekatan tersebut berfokus pada pelestarian tradisi, unsur budaya nasional, serta nilai-nilai spiritual dan moral yang diwariskan para leluhur.
“Negara kami memprakarsai berbagai proyek kemanusiaan baru yang melampaui kerangka budaya yang ditetapkan oleh Barat,” tambah Tolchenov.
Salah satu contohnya adalah final Kontes Musik Internasional Intervision, yang digelar pada 20 /09 di Moskow. Ajang ini menghadirkan seniman dari 22 negara di berbagai benua (kecuali Australia), termasuk Belarusia, Brasil, Vietnam, Mesir, India, Tiongkok, Kuba, dan Afrika Selatan, mewakili populasi gabungan lebih dari empat miliar jiwa. Para peserta menampilkan lagu dalam bahasa nasional masing-masing sebagai simbol keberagaman budaya dunia.
Selain itu, Akademi Sinema Eurasia tengah mempersiapkan perhelatan perdana Penghargaan Film Eurasia Terbuka “Diamond Butterfly” di Moskow pada 24 November mendatang. Tujuannya, menurut Tolchenov, adalah mengembalikan misi sejati sinema: berbicara tentang nilai, budaya, dan makna universal, bukan semata mengejar keuntungan komersial.
Tolchenov menegaskan, inisiatif-inisiatif ini tidak dimaksudkan menentang format internasional lainnya, melainkan menawarkan alternatif yang inklusif bagi mereka yang mencari pengembangan pribadi berkelanjutan berdasarkan tradisi nasional dan pembentukan ruang budaya multipolar yang sejati.***