Bogor, AktualNews -Di tengah kesibukan yang tak pernah berhenti, banyak orang merasa spiritualitas adalah jalan keluar—pelarian dari hiruk-pikuk dunia yang melelahkan. Tapi sejatinya, spiritual bukan soal menjauh dari kehidupan, melainkan menyelami maknanya lebih dalam.
Spiritualitas bukan berarti meninggalkan dunia, melainkan hadir sepenuhnya di dalamnya. Ia bukan tentang mengasingkan diri di puncak gunung, tapi tentang bagaimana kita berdiri teguh di tengah keramaian sambil tetap menjaga kejernihan batin. Ia bukan tentang menutup telinga dari kebisingan, tapi tentang mendengarkan suara hati di antara riuhnya suara luar.
BACA JUGA:Saatnya Revolusi Spiritual Dilakukan di Negeri Ini
Ketika seseorang duduk di taman kecil, ditemani secangkir kopi dan hijaunya dedaunan, itu bukan pelarian. Itu adalah perjumpaan. Perjumpaan dengan dirinya sendiri, dengan alam, dan dengan kesadaran bahwa hidup ini bukan sekadar rutinitas, melainkan ruang untuk tumbuh dan terhubung.
Spiritualitas mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam permukaan. Ia mengajak kita melihat bahwa di balik setiap interaksi, pekerjaan, dan tantangan, ada pelajaran jiwa. Bahwa bahkan dalam konflik, ada ruang untuk welas asih. Bahwa dalam kesibukan, ada kesempatan untuk hadir dengan penuh kesadaran.
Menjadi spiritual bukan berarti menjadi pasif. Justru sebaliknya—ia membuat kita lebih aktif, lebih sadar, dan lebih terlibat. Karena kita tahu, dunia ini bukan tempat yang harus dihindari, tapi tempat yang harus dihidupi dengan hati yang terbuka.
BACA JUGA:Ulama Kota Medan Menilai Bobby Nasution Bangun Mental Spiritual Warga Melalui Kegiatan Keagamaan
Jadi, jika kamu merasa lelah, bukan berarti kamu harus lari. Mungkin yang kamu butuhkan hanyalah diam sejenak, menyatu dengan alam, dan mengingat bahwa kedamaian tidak datang dari menjauh, tapi dari menyelami.***