Kalimantan Barat, AktualNews -Di balik deru mesin tua Bus Mitsubishi tahun 2003, terselip semangat seorang pria tangguh bernama Harris Nata Sandika. Ia satu-satunya pengemudi bus trayek Sanggau ke Entikong, Kalimantan Barat, yang masih setia menghidupkan jalur antik ini.
“Baru enam tahun saya pegang trayek Sanggau–Entikong. Sebelumnya sering ganti-ganti kendaraan,” ujar Harris ramah saat ditemui Selasa pagi (15/7) di Terminal Bus Sanggau.
Setiap pukul 09.00 pagi, Bus Rizky yang ia kemudikan—dengan bantuan kenek setia yang bertugas mengatur penumpang dan barang bawaan—melaju menyusuri perjalanan berdurasi tiga jam. Namun, kini tujuan akhir bukan lagi Entikong.
BACA JUGA:Masyarakat Kampung Cihideung Keramat Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Gelar Muharoman Sedekah Bumi
“Kami cuma melayani sampai Balaikarangan, Sekayam. Tidak sampai Entikong seperti tulisan di moncong bus,” jelasnya sambil tersenyum kecil.
Menurut Harris, sudah belasan tahun bus ini berhenti hanya sampai Balaikarangan. Jika dipaksakan ke Entikong, akan ada gesekan dengan pengemudi yang mangkal di Balaikarangan dan melayani trayek ke perbatasan Indonesia–Malaysia tersebut.
Bus berkapasitas 27 penumpang itu memang jarang terisi penuh. Namun, Harris, ayah dari seorang putri tunggal, tetap ceria dan jauh dari kesan lelah. Ia percaya, menjadi pengemudi tak perlu ijazah formal, yang penting adalah pengalaman dan keteguhan hati.
“Apa yang susah, sih? Saya yang capek nyetir, kenek yang pungut uang. Sampai rumah pun, uang itu langsung saya setor ke istri,” canda Harris sambil menyalip truk bermuatan kelapa sawit dengan sigap.
Suasana khas trayek Sanggau–Entikong ini menggambarkan potret tersendiri dari ekonomi Kalimantan Barat yang kini bergantung pada industri sawit. Bus tua yang tetap beroperasi bukan soal monopoli jalur, tapi lebih pada semangat menjaga warisan perhubungan rakyat.
BACA JUGA:Destinasi Wisata dan Budaya Menjalin Sejarah, Menatap Masa Depan
“Sulit rasanya berinvestasi bus di sini. Penumpangnya sedikit, saingan dari travel cukup banyak. Jadi ya beginilah. Sekarang cuma satu rit per hari, berangkat pagi dan balik dari Balaikarangan ke Sanggau jam 13.13 siang,” tutup Harris dengan nada pasrah namun penuh dedikasi.***