AI bisa menciptakan karya dalam bentuk gambar, tulisan, bahkan lagu. Tapi satu hal yang nggak bisa ditiru adalah jiwa. Mesin nggak bisa merasakan kehilangan, jatuh cinta, atau kebahagiaan saat menyelesaikan karya setelah berminggu-minggu kerja keras.
Makanya, jangan cepat terpesona sama hasil instan. Seni sejati bukan cuma soal visual, tapi tentang rasa yang menyertainya. Selama manusia masih punya rasa, selama kamu masih bisa merinding saat lihat lukisan atau nangis waktu nonton film, seni manusia tetap punya tempat yang tak tergantikan.
Jadi, lain kali kamu lihat karya AI yang viral, coba tanya ke diri sendiri, ini keren, iya. Tapi adil nggak? Apakah ini menghormati orang-orang yang selama ini hidup dari kreativitasnya?
Karena dunia seni yang sehat butuh teknologi yang etis—dan kamu, sebagai penikmat maupun pencipta, bisa jadi bagian dari perubahan itu.***