Catatan Kecil Bung Karno Kepada Koes Bersaudara dan Pemuda Indonesia Tentang Budaya dan Nasionalisme

Minggu 08-09-2019,09:59 WIB
Reporter : Aktual News
Editor : Aktual News

" Dan engkau, hei pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi, engkau tentunya anti -imprialisme ekonomi, engkau yang menentang imperialisme politik; kenapa di kalangan engkau banyak jang tidak menentang    imperialisme   kebudayaan ? "   Jakarta, Aktual News-Selayaknya memang bangsa Indonesia terutama pemuda dan pemudi lebih mencintai kebudayaan dan menghargai jasa para pahlawannya. Membahas soal kebudayaan dan perjuangan sekilas catatan sejarah tak luput dari sorotan Aktual News, Sebut saja Koes Bersaudara yang kita kenal saat ini Koes Plus merupakan sosok yang tak lepas dari sejarah Indonesia. Sejarah unik dan keseriusan mereka dalam bermusik tak pernah luput dari sorotan media manapun, berikut petikan yang kami ambil dari salah satu media Nasional Republika.co.id https://youtu.be/SiDCLmvMNh4 " Koes Bersaudara ditangkap aparat keamanan lebih tragis. Mereka ditangkap usai pertunjukan 'terkena gebrekan'. Uniknya lagi, padahal acara itu dihadiri berbagai orang penting hingga pejabat diplomat seperti duta besar Amerika Serikat. Mendiang Yon Koeswoyo dalam sebuah perbincangan mengatakan mereka kala itu mereka memang tengah asyik 'gonjang-ganjreng' alias pagelaran musik tengah ditabuh. Mereka lalu menyanyikan lagu-lagu The Beatles yang saat itu sangat kondang. ''Mas Tony memang tergila-gila pada lagu mereka. Terutama pada sosok John Lenon', kata Yon. Nah, ketika mereka tengah menyanyikan lagu hits dunia The Beatles ' I saw Tsnading There' tiba-tiba muncul timpukan batu ke arah mereka. Arah lemparan batu berasal dari luar rumah. Usut punya usut sambitan itu berasal di luar rumah. Di sana memang sudah sudah berkumpul sekelompok masa yang tengah kalap. Tak cukup hanya dengan melempar batu, mereka  ribut sembari berteriak-teriak: “Ganyang Nekolim!”, “Ganyang Manikebu!”, dan “Ganyang Ngak-Ngik-Ngok!” Maka tentu saja konser pun bubar. Para tamu lari lintang pukang menyelamatkan diri. Seorang diplomat dengan nomor CD 12-29 berhasil meloloskan diri meski dengan kondisi ban mobilnya di kempesi. Koes Bersaudara tak bisa lari. Mereka ditangkap sembari dituntut minta maaf. Akibat selanjutnya, selang lima hari kemudian mereka dipanggil polisi atas tuduhan menentang kebijakan negara. Tak hanya itu, peralatan musiknya pun disita. Tuduhan menentang kebijakan negara kepada Koes Bersaudara saat itu memang sangat serius. Apalagi udara politik Indonesia kala itu penuh jargon nasionalisme. Jargonnya adalah musik untuk rakyat, mandiri dalam budaya. Sesuai dengan visi Presiden Sukarno yang diucapkan pada 17 Agustus 1959: Manipol Usdek. Kala itu memang ada seruan dari Bung Karno.“Dan engkau, hei pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi, engkau yang tentunya anti-imprialisme ekonomi, engkau yang menentang imperialisme politik; kenapa di kalangan engkau banyak jang tidak menentang imperialisme kebudayaan? Lanjut Sukarno, tapi “Kenapa di kalangan engkau banjak jang masih rock-‘n-roll-rock-‘n-rollan, dansi-dansian ala cha-cha-cha, musik-musikan ala ngak-ngik-ngok, gila-gilaan, dan lain-lain sebagainja lagi? Kenapa di kalangan engkau banjak jang gemar membatja tulisan-tulisan dari luaran, jang njata itu adalah imprialisme kebudajaan. Dan ketika ditanya soal kasus itu, mendiang Yon mengatakan pengalaman pahit sekaligus membuatnya terharu. Pahit karena menjalani hidup susah dalam penjara. Terharu, ketika dia beberapa tahun ke depan --setelah masa Orde Baru -- Koes Bersaudara diberi tahu bahwa maksud pemenjaraan itu sebenarnya untuk diplot membantu negara.''Koes Bersaudara akan dibiarkan pergi ke Malaysia untuk dijadikan mata-mata Indonesia. Kami jelas bangga karena dianggap mampu membantu negara.'' Kala itu memang Indonesia tengah berseteru dengan Malaysia. Bagi Koes Bersaudara hidup di dalam bui juga melahirkan lagu. Mulai dari soal perasaan hidup di dalam bui hingga sindiran kepada penguasa sesuai mereka bebas dari penjara pada 30 September 1965. Lagu ini terjejak misalnya pada lagu 'Poor Clown'. Tony yang fasih berbaha Inggris mengolok tentang badut tua yang acap kali genit, " tulis Republika. Tentu ahli sejarah sudah faham betul catatan sejarah musik Indonesia Koes Bersaudara sosok kegigihan Tony Koeswoyo serta konsisten para personilnya yang terus mengibarkan bendera " Koes Plus " hingga akhir hayatnya yang mengalami sejarah panjang dengan perjuangan yang tak luput dari pahit manisnya kehidupan. Kutipan catatan ini menekankan soal perjuangan hidup dan konsistennya dalan sebuah profesi dan seruan bung Karno kepada pemuda Indonesia untuk mencintai budaya Indonesia. " Dan engkau, hei pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi, engkau tentunya anti -imprialisme ekonomi, engkau yang menentang imperialisme politik; kenapa di kalangan engkau banyak jang tidak menentang imperialisme kebudayaan ? " tegasnya. " Jangan seperti kawan-kawanmu Koes Bersaudara. Masih banyak lagu Indonesia, kenapa mesti Elvis-Elvisan, ber-ngak-ngik-ngok " petikan Bungkarno pada saat HUT GMNI 1965. Penegasan Bung Karno saat itu memang kita sebagai bangsa yang mandiri harus lebih mencintai kebudayaan sendiri, namun Koes Bersuadara tidak bisa disalahkan karena kraativitasnya dan bahkan mereka setelah berubah menjadi nama Koes Plus mereka bisa membuktikan rasa nasionalismenya terhadap negeri, terbukti lagu-lagu Nusantara menjadi saksi karya mereka. [ Red/Akt-01 ]   UG DANI Aktual News      

Tags :
Kategori :

Terkait