Jakarta, AktualNews-Terkaget - kaget saya membaca tulisan - tulisan pendek yang dikirim almukarrom Syekh Burhan Rosyidi, rasanya seperti mendapat bocoran 'rahasia langit' untuk membuka tabir ‘kasyf al-mahjub’, menguak hal – hal terluput dari perhatian banyak orang, yang terdapat dibalik sesuatu yang tampak pada objek dimaksud.
Catatan kali ini hendak mengingatkan adanya pergerakan kapitalisme yang direstui sistem politik untuk memanipulasi kepentingannya atas nama rakyat, bersandiwara seolah – olah mematahkan ujung tajam pisau demokrasi agar bisa menjadi topeng yang menyembunyikan wajah buruk kapitalisme dari kita semua.
Tentu saja untuk menguak tabir bukan hal mudah, memerlukan kemampuan intelejen serta kemampuan membaca geopolitik, maka cerita ini diawali perkawinan gelap antara komprador dengan kapitalisme yang menghasilkan amandemen UUD45 dengan suatu tujuan : melindungi kepentingan pemilik modal
BACA JUGA:Eri Cahyadi: Jangan Bayar Parkir Tanpa Karcis Parkir
Selanjutnya melalui kekuatan media masa dan rekayasa sosial - politik yang begitu rapih, mereka menciptakan pemimpin - pemimpin baik ditingkat nasional maupun daerah sebagai kepanjangan tangan dalam menguasai ekonomi indonesia. Inilah strategi kapitalisme lama yang merupakan hasil kerjasama apik komprador dengan dedengkot - dedengkot konglomerasi indonesia, tentu saja melibatkan negara kapitalisme besar USA beserta sekutunya melalui paradigma multinational corporation
Tiba - tiba dunia dikejutkan dengan terjadinya pergeseran kiblat kapitalisme dari USA ke RRC yang melahirkan paradigma baru State Corporation. Kapitalisme baru pun merambah masuk negeri ini melalui kelompok tertentu dan tentu saja menimbulkan perlawanan keras kapitalisme lama yang selama ini bercokol. Situasi inilah yang melahirkan Jon Pengki .
BACA JUGA:Diduga Karena Menganiaya Pengelola Parkir, Oknum Anggota FKPPI Ditangkap Polisi
Untuk menghadang laju kapitalisme baru peran Jon Pengki tersebut sangat dibutuhkan sebagai 'penangkal petir'. Ia memang diciptakan untuk melahirkan gerakan anti etnis tionghoa sebagai bagian strategi penghalang masuknya kapitalisme baru ke indonesia. Negeri ini pun dihadapkan pada situasi yang dilematis : bila terjadi kerusuhan akan terus dijajah kapitalisme lama, bila situasi baik - baik saja akan menjadi jalan kapitalisme baru berlenggang kangkung tanpa ada yang menghalanginya. Indonesia memang sudah terjebak dalam drainase kapitalis.
Agak sulit memang menebak siapa pemenang pertempuran. Tapi yang kalah sudah pasti rakyat Indonesia.***
Habib Jansen Boediantono
Bocah Tua Nakal
Obrolan Warung Kopi adalah konten bebas siapa saja bisa berbagi tulisan, silahkan kirim uneg-uneg atau ceritamu disini sesuai gaya bahasa masing-masing.