Jakarta, AktualNews - Sopir angkutan kota (Angkot) pun pandai BERBOHONG dengan mengatakan kata-kata "LANGSUNG", "JALAN", "BERANGKAT" berkali-kali kepada calon penumpang.
Yang tidak sabar menunggu mencoba keluar, namun kemudian dibujuk kembali masuk. Dengan janji Angkot akan segera berangkat.
Begitu percaya janji sang sopir, terlihat mobil distater hidup penumpang kembali gelisah. Karena ternyata stir, gas dan rem dikutak-katik belaka.
BACA JUGA:Menjadi Orang Tua Bijak Dalam Sudut Pandang Islam
Ada apa ini? APALAGI KALAU BUKAN BERHARAP SATU DUA TAMBAHAN PENUMPANG?
Begitulah kebohongan dipertontonkan setiap hari. Mulai dari tingkat paling rendah hingga paling tinggi. Mulai dari rakyat jelata hingga kelompok elit.
Masyarakat Melayu di Pulau Rempang, Riau Kepulauan mungkin merasakan hal yang sama dengan para penumpang angkot.
BACA JUGA:Bercerminlah, Jangan Menilai Seseorang dari Sudut Pandang Matamu Saja
Masyarakat di Pulau Rempang masih ingat janji-janji politik elit politik yang akan memberikan sertifikat. Janji elit yang melindungi original people sesuai Pembukaan UUD1945 asli.
Dan masyarakat di sana pun ingat dan tahu garansi dari Konvensi Dunia yang menjamin kehidupan original people untuk tinggal dan hidup damai di buminya sendiri tanpa gangguan dan intervensi siapa dan manapun.
Apa perbedaan utama antara pembohong di tingkat rakyat jelata dan Pembohong tingkat elit? Bila sopir angkot betnohong demi memenuhi isi perut dirinya, istri dan anak. Tapi, kalau elit politik yang berbohong tentu punya alasan tertentu.***