International Women’s Peace Conference (IWPC) 2023, Lee Man Hee: Jadilah Terang Cahaya bagi Seluruh Dunia

Jumat 22-09-2023,14:39 WIB
Reporter : Rosis Aditya
Editor : Rosis Aditya

Dikatakan, dengan semangat perdamaian, Wanita Sudan tak akan pernah dikalahkan oleh berbagai jenis penderitaan. “Kita harus menjadi korban aktif, bukan pasif. Kita perlu tempat yang aman untuk berdialog, kita butuh perlindungan dan kesempatan untuk mengoptimalkan potensi diri,” katanya.

Acara ini diisi dengan diskusi dengan tiga thema, pendidikan perdamaian, budaya perdamaian, dan pelembagaan perdamaian. Pada sesi pertama, Dr Kadia Maiga Diallo, Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Mali untuk Unesco dan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Islam (ISESCO), hadir sebagai salah satu Ketua Kelompok Referensi Regional Masyarakat Sipil PBB untuk Afrika. Dr Kadia memberikan pidato bertajuk “Memberdayakan Masa Depan: Pendidikan Perdamaian Perempuan di Dunia yang Berubah."

Komisi Pelayanan Sosial Spesialis Kesehatan Masyarakat Tanzania, Lilian Benedict Msaki menjelaskan terjadinya perubahan besar bagi para Wanita di Tanzania, dengan hadirnya Peace Lecturer Education Program (PLTE) atau Pelatihan  Pengajar Perdamaian Perempuan, salah satu program pendidikan IWPG. “Kami sangat merasakan perubahan setelah mengikuti PLTE. Meski infrastruktur terbatas, antara lain minimnya internet, namun para wanita di Sudan berusaha belajar langsung tatap muka (offline),” katanya.  

Pada sesi kedua, koordinator Hubungan Internasional dari Kantor Pusat IWPG. Charleen Hull, menjadi moderator diskusi dengan tiga perempuan Filipina, yang membahas  tentang bagaimana kehidupan perempuan berubah secara damai di Mindanao, Filipina, pasca perdamaian di Mindanao, yang diprakarsai oleh HWPL, IPYG, dan IWPG. Tampil tiga Wanita yang terlibat langsung dalam mengatasi konflik itu, yaitu Maria Theresa Royo-Timbol, Walikota Mangudadatu, Maguindanao, Ruby Banares-Victorino, aktivis wanita Filipina, mantan Presiden Zonta Club Metropolitan Pasig dan Elizabeth Mangudadatu, Wakil Walikota Mangudadatu, Maguindanao.

Digambarkan betapa hancurnya Mindanao saat konflik sekitar 40 tahun. Turis tidak ada, investor juga tidak ada. Ratusan ribu korban manusia. Setelah adanya perdamaian, Mindanao berubah drastis. Wajah kota juga berubah dengan beberapa monumen perdamaian, termasuk jembatan damai dan banyak hal yang selalu mengingatkan warga akan pentingnya perdamaian.

Topik pada sesi ketiga adalah keterbatasan hukum internasional yang ada dan makna Declaration of Peace and Cessation of War (DPCW) yaitu Deklarasi Perdamaian dan Penghentian Perang. Dr Ahlan Beydoun, Mantan Profesor di Fakultas Hukum, Ilmu Politik dan Administrasi, Universitas Lebanon, Beirut, menilai keterbatasan hukum internasional yang mengemuka dalam urusan internasional saat ini, membuat sulit untuk menghapuskan perang.

BACA JUGA:Seorang Mahasiswi Meninggal Dunia Terseret Banjir di Nias Selatan

Lee Kyou-sun, Direktur Jenderal Pendidikan Perdamaian Kantor Pusat IWPG memperkenalkan arti dan poin utama DPCW. Sedangkan penasihat IWPG dan mantan Anggota Parlemen Mongolia, Budee Munkhtuya, yang juga merupakan Presiden Association of Mother with the Order of Famous Mother, berbicara tentang topik peran perempuan dalam pelembagaan perdamaian berkelanjutan.

Pada kesempatan itu, ditunjuk Duta Penasihat dan Publisitas IWPG dan penganugerahan IWPG Peace Achievement Award kepada Aya Benjamin Libo Warille (Sudan Selatan). Sedangkan Pascal Esho Warda (Irak) ditunjuk sebagai Anggota Dewan Penasihat IWPG, dan Warda Sada ( Israel) ditunjuk sebagai Duta Publisitas. Laji Balghis (India), Vinithaput Phophet (Thailand) dan Wanja Cheon (Republik Korea) dianugerahi IWPG Achievement Award.***

Kategori :

Terpopuler