Ilustrasi perempuan berpendidikan/sumber: pexels.com
“Cintaku boleh gagal sekarang, tapi studi dan karir ku harus super, karena sukses akan mengundang cinta yang lebih berkelas.”
Jakarta, AktualNews - Aku sangat sedih sekali ketika mendengar perkataan, "Buat apa perempuan sekolah tinggi, ujung-ujungnya juga di dapur," ucap orang yang tidak tahu akan pentingnya pendidikan. Sering kali aku mendengar perkataan itu di kampungku, entah dari tetangga, teman ataupun keluarga sendiri. Hidup di perkampungan memanglah tidak mudah, harus kuat mental dengan cibiran tetangga yang mungkin sirik denganku karena aku bisa kuliah tanpa biaya alias dengan beasiswa.
Perkataan itu seolah untukku yang percuma saja perempuan kuliah dan tidak ada guna nya. Tetapi apa salahnya jika aku seorang perempuan ingin berjuang untuk pendidikannya? Kenapa harus ada batasan untuk perempuan berpendidikan? Padahal untuk biaya pendidikan pun aku tidak meminta kepada mereka.
BACA JUGA:Yuk, Saksikan Malam Puncak Sastrasaraswatisewana
Tetapi, mengapa mereka mengatakan seperti itu? Ketika aku mendengar perkataan itu pun aku selalu kesal dan ingin marah kepada yang mengucapkan. Tetapi, aku hanya bisa diam dan tersenyum. Aku tidak bisa mengontrol omongan-omongan itu, yang bisa aku lakukan hanya berpikir positif dan membuktikan bahwa perempuan berpendidikan itu penting. Seharusnya mereka tahu bahwa perempuan memiliki hak untuk menentukan pilihan hidup mereka sendiri, termasuk dalam memilih karir yang mereka inginkan.
Tidak ada aturan yang mengikat mereka hanya untuk berada di dapur atau membatasi peran mereka dalam kehidupan sehari-hari. Namun, aku pernah mendengar juga perkataan dari tetangga, perempuan yang berkarir atau berpendidikan akan susah untuk dilamar lelaki, karna mereka akan minder dengan status perempuanya, laki-laki akan mencari perempuan yang derajat dan pendidikannya di bawah mereka. Menurutku kalimat itu sangat lucu, kenapa? Untuk apa memperdulikan lelaki yang minder dengan status kita, untuk apa juga memusingkan jodoh, toh jodoh adanya di tangan tuhan, bukan di tangan tetangga. Maka dari itu, perempuan harus memiliki pemahaman yang kuat tentang hak-hak mereka dan nilai-nilai yang mereka pegang. Mereka harus membangun rasa percaya diri dan keyakinan bahwa mereka dapat mencapai apa pun yang mereka impikan, termasuk karir yang sukses dan memenuhi ambisi mereka. Seperti yang dituliskan Mario Teguh dalam postingan twitternya, “Cintaku boleh gagal sekarang, tapi studi dan karir ku harus super, karena sukses akan mengundang cinta yang lebih berkelas.” Aku sama sekali tidak peduli dengan beberapa perkataan atau stigma negatif dari tetanggaku di kampung, aku tetap kuliah dan akan menyelesaikan kuliahku dengan baik. Aku akan terus belajar, berkarir dan meraih cita-cita. Aku akan menghancurkan tembok yang membatasi diriku untuk berpendidikan dan berkarir. Bagi teman-teman perempuan desa di sana, jika kalian memiliki mimpi.
Tetaplah bermimpi dan jangan mendengarkan perkataan buruk yang membuat mental kita lemah. Jadikan perkataan itu sebagai motivasi untuk membuktikan bahwa kita perempuan bisa mengejar pendidikan tinggi. Melalui pendidikan tinggi, kita juga akan memperoleh kecerdasan dalam mengelola rumah tangga dan dapur dengan baik.
Meskipun akhirnya kita berada di dapur, ilmu pendidikan kita akan sampai kepada anak-anak kita. Jangan terpaku pada tradisi di kampungmu, keluarlah dan carilah ilmu serta pengalaman yang baik untukmu, karena dengan ini kita bisa mengubah paradigma yang salah tentang kita dan membuktikan kepada mereka agar bisa menjadi stigma yang positif.***