Ilustrasi: Pixabay Jakarta, AktualNews - Zaman telah berganti, generasi pun ikut berubah. Dahulu seorang anak masih bermain bersama teman untuk berkumpul. Saat ini mereka bermain dengan kesendirian menggunakan smartphone canggih. Tidak peduli, berapa lama ia menatap smartphone. Berapa sering ia mengabaikan panggilan orang di sekitar. Dan parahnya lagi, seberapa banyak uang yang sudah dikeluarkan untuk bermain game di smartphone. Bahkan, beberapa orang tua tidak peduli apa saja yang dimainkan anaknya di smartphone. Alih - alih anak merasa tenang dengan smartphone. Tetapi malah mendapat tagihan dalam jumlah besar yang harus mereka bayarkan. Kalau sudah seperti itu apakah orangtua bisa tenang? Iya jika orangtua memiliki ekonomi yang mumpuni, jika tidak? Sibuk mencari pinjaman kesana kesini. Simaklah kisah si Putri ini. Ia senang bermain game gacha (menerima item secara acak) yang ada pada smartphone. Ayahnya tidak mengetahui dompet digitalnya sudah di sambungkan pada game online putrinya. Sekali bertransaksi putrinya mengeluarkan uang sekitar 4 juta. Kreditur tidak peduli dan tidak mengembalikan uang tersebut. Ayahnya hanya bisa menasehati dan mengambil pelajaran. Ia terus mengatakan orang tua harus lebih menyadari apa yang anak sedang lakukan. Adalagi, seorang kasir minimarket di protes orang tua karena melayani seorang anak, ia membeli game sebesar 800 ribu. Kasir dimarahi secara kasar. Padahal kasir hanya memberikan pelayanan dan menerima masukan pelanggan. Tetapi orang tua terus menyalahkan kasirnya dan mengatakan mereka hanya mencari keuntungan. Mereka tidak sadar, sudahkah memberi nasehat anaknya? Sudahkah memperhatikan anaknya dalam bermain game? Nah, apakah kejadian seperti di atas membuat orang tua tenang? Justru sebaliknya. Orang tua sekarang sudah sepenuhnya yakin membelikan smartphone canggih untuk kebutuhan sang anak. “Mau bagaimana lagi, di luar bahaya” ungkap orangtuanya. Anggapan di luar bahaya seakan menjadi sebab orang tua membelikan smartphone dan mengizinkan bermain game dengan durasi lama. Bahaya menggunakan uang untuk bermain game tidak semata dirasakan oleh orang dewasa saja. Bahkan, seorang anak yang tidak bisa belajar di sekolah dengan baik tetapi dengan mudah membeli game Mereka sengaja memberikan kemudahan kepada anak. Ada beberapa game online yang tidak membutuhkan verifikasi atau batasan umur lagi. Menghabiskan Banyak Uang Seorang anak yang terus melakukan pembelian game online akan merasa tidak puas. Karena pada dasarnya developer game akan mengembangkan hal baru untuk permainannya. Dari situ muncul keinginan berlebihan. Melihat sekitar atau teman yang baru saja membeli hal baru yang anak tersebut belum mempunyai nya. Di sini peran orang tua lebih membatasi uang jajan, mengamankan segala bentuk uang elektronik yang anak bisa mengaksesnya, serta membelikan mainan fisik agar dimainkan bersama teman-teman. Memunculkan Rasa Kecanduan Jika seorang anak di bebaskan untuk bermain game kapan saja. Lama kelamaan muncul rasa kecanduan yang tidak terkendali alias uncontrollable addiction. Di mana, pikiran anak hanya main dan main game online. Aktivitas dan pekerjaan lain di tinggalkan begitu saja, atau lebih parahnya lagi menganggu sekolah. Oleh karena itu, orangtua dianjurkan untuk membatasi anak dalam penggunaan smartphone, mengajak mereka jalan-jalan ke tempat wisata. Masalah Kesehatan Serius Seorang anak yang terus menerus menatap layar untuk memainkan game online akan menurun kesehatan matanya. Selain itu, adanya perubahan postur yang membuat perkembangan anak terganggu. Parahnya lagi, mengalami penyakit jantung karena kurangnya istirahat dan makan. Memunculkan Rasa Emosi Berlebih Banyak dari anak yang tidak diperbolehkan melakukan transaksi game online , malah mengamuk kepada orangtuanya. Selain itu mereka dengan mudah melontarkan bahasa kotor dari mulutnya. Mereka mengeluarkan ancaman-ancaman kepada keluarga seperti tidak mau sekolah. Serta rasa ingin mencuri lebih tinggi karena adanya emosi berlebih. Berdasarkan uraian diatas, begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan dari seorang anak yang melakukan transaksi online untuk game secara berlebih. Tidak ada lagi kata “Cuma game saja”atau “Cuma bermain saja” Jika kata cuma kenapa menimbulkan dampak yang sangat merugikan? Kita sebagai orang tua, sebagai tante, paman, sebagai saudara atau orang terdekat, harus lebih peduli. Apa yang sedang dilakukan anak ketika memainkan smartphone. Apa saja game online yang membuat anaknya berperilaku buruk. Serta bagaimana cara menghentikan perilaku kecanduan anak pada game online. Jika bukan mereka yang mengedukasi, siapa lagi? [ Red/Akt-01 ] Penulis : Tera Oktaviani Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta
Waspadai Bahaya Game Online Pada Anak Dapat Menjadi Ancaman Yang Serius
Senin 10-07-2023,14:45 WIB
Editor : Aktual News
Kategori :