Takdir memang tidak mengenal waktu dan tempat, meskipun kita berusaha untuk melakukan apa yang kita inginkan namun semua itu adalah sudah menjadi suratan meskipun hati kita berontak untuk menolaknya, rasa sedih kecewa yang mendalam adalah bagian dari drama hidup ini yang harus kita jalani. Namun rencana Tuhan dari semua pengalaman yang kita alami tentu Tuhan lebih maha mengetahui tentang rencanaNya yang terkadang kita tidak pernah tahu sebelumnya apa yang kita hadapi. Pertemuan dan perpisahan itu adalah bagian dari takdir yang harus kita terima dengan hati yang iklas dan tentunya Tuhan juga tidak akan diam dengan rencana tersebut, maka tersenyumlah dan menerima kenyataan hingga Tuhan memberikan hal terbaik jika kita ikhlas menerima suratan tanpa harus kita memprotes kemauan Tuhan, biarlah semesta akan menjawabnya semua drama tersebut hingga kita akan mengerti semua rencana Nya. ****
Di Pemakaman itu tak seperti hari biasanya, tampaknya seluruh keluarga yang ditinggalkan datang untuk berziarah untuk tabur bunga dan kirim doa di pemakaman itu. Memang ini adalah moment para penziarah karena saat datang bulan suci Ramadan, mereka tampak hadir untuk keluarga yang dicintainya dan suasana di pemakaman itu pun padat tidak seperti hari-hari sebelumnya.
Saat senjapun suasana masih ramai oleh para penziarah, dan ini juga seperti yang dilakukan Egi untuk selalu hadir tuk mengunjungi pusara Puspita yang dua tahun lalu meninggalkannya sendiri saat terjadi kecelakaan di sebuah lokasi wisata usai liburan beberapa waktu lalu.
Egi berdiri dipuasara Puspita menatap batu nisan sang kekasih. Sebelum terjadi kecelakaan mereka memang sudah ada rencana untuk menjalin ikatan suci dengan tali pernikahan. Sayang takdir telah memisahkan mereka, kecelakaan maut saat sepeda motornya melaju dengan cepat saat mereka hendak kembali ke rumah. Isak tangis Egi masih tampak terlihat hari ini, suasana kesedihan masih terbayang di depan matanya. Apalagi saat suasana seperti ini hati Egi kian rapuh, cintanya yang suci tak kan pernah hilang dihati Egi meskipun hanya tinggal pusara, Egi takkan pernah melupakan kenangan-kenangan yang telah dilaluinya.
Puspita adalah seorang gadis cantik, supel dan selalu tersenyum manja. Sosok Puspita sangat menyenangkan selain ramah ia adalah gadis periang dan tampak selalu terlihat optimis menjalani hari-harinya, meskipun beberpa hari sebelum kepergiannya Puspita tidak terlihat tanda-tanda murung ataupun hal lainnya.
Hingga saat kepergiannya membuat sontak keluarga dan orang-orang terdekatnya terkejut. " Hingga hari ini apa yang pernah aku janjikan kepadamu akan selalu ingat, suaramu dan senyumanmu yang selalu hadir memberikan inspirasi hidupku takkan pernah hilang, maaf jika hari ini aku belum sempat untuk memberikan apa yang terbaik, " ujar Egi sambil menatap sebuah nama yang terukir indah di batu nisan.
Air mata Egi jelas terlihat berkaca-kaca meskipun ia berusaha menyembunyikan dengan kacamata hitamnya. ****
BACA JUGA:Tree : Cinta Segitiga yang Tak Biasa
Sebuah Toyota Ayla warna putih tampak teparkir disudut jalan depan rumah Egi, entah siapa pemiliknya hingga menghalangi pintu jalan keluar pagar rumah Egi " Tiit.. tiit.. " klakson mobil Egi berbunyi keras yang hendak bergegas keluar. " Waduh... siapa seh nih parkir sembarangan.. " Gerutu Egi yang yang sudah siap mengeluarkan mobil VW kodoknya. " Sabar.. sabar.. Inikan bulan suci yah.. Aku harus menahan diri " katanya lagi sembari mengusap dada. Tak berapa lama pemilik mobil itu bergegas dari jauh.
" Maaf..maaf.. sebentar mas.. " Katanya sambil memohon kepada Egi, sementara Egi hanya melongo melihatnya hingga tak berkedip. " Kamu.. Pus.. Puspita? " ucap Egi dengan nada terkejut ketika tahu siapa pemilik mobil yang terparkir di depan rumahnya ternyata seorang wanita cantik.
" Mas.. halo... " saya bukan Puspita mas.. " ujar wanita itu menyadarkan Egi yang tampak tertegun dengan senyumannya.. " Yup.. maaf.. maaf.. " kata Egi sembari tersenyum. Mereka akhirnya tampak terlibat obrolan, sikap Egi yang tadinya telihat kesal kini berbalik ramah, entah kebetulan atau memang Tuhan mentakdirkan bertemu, pemilik Ayla putih itu memang mirip dengan Puspita kekasih Egi yang telah pergi.
Betul apa kata dalam janji Tuhan dengan bulan yang penuh rahmat ini tampaknya memberikan harapan kepada Egi yang selama ini hatinya kosong dan membeku semenjak kepergian Puspita. Hari-harinya tampak terlihat murung meskipun ia disibukkan dengan aktivitas namun tetap saja disela waktunya terselip rasa kesepian.
Mungkin Tuhan sengaja mempertemukan untuk mengobati hatinya, mungkin Puspita telah membisikkan kepada Tuhan untuk mengirimkan penggantinya. " Aku Dewi mas.. tinggal di sebelah.. Kebetulan baru satu minggu, " ucapnya sembari memperkanalkan diri pada Egi " Ehmm.. Oya.. Pantas aku baru liat, O ya.. Aku Egi.. Selamat menempati rumah baru yah.. dan yang pasti selamat aku punya tetangga baru, " timpal Egi sembari membetulkan jam tangannya yang terlepas.*** Bersambung ke halaman 2
Sementara Dewi hanya melepaskan senyum manisnya, mereka nampaknya terlihat akrab. O, ya.. boleh nanti kita tareweh berangkat bareng, hmm sekalian memperkenalkan situasi Komplek ini.. " " Boleh mas.. " timpal Dewi tersipu malu.****