Kapan Kamu Terakhir Membaca Koran?

Ilustrasi/Pixabay--
Jakarta, AktualNews- Masih ingat kejayaan surat kabar? Kala itu, koran adalah teman setia di setiap sudut ruang, menemani pagi hari bersama secangkir kopi. Halaman demi halaman dibolak-balik, meninggalkan jejak tinta di ujung jari—sebuah pengalaman yang tak tergantikan oleh layar ponsel atau tablet. Namun, seiring berjalannya waktu, popularitas surat kabar mulai meredup.
Faktor utama yang menyebabkan penurunan ini adalah keterbatasan oplah, kendala pendistribusian, serta biaya cetak yang semakin tinggi. Di sisi lain, kecepatan dan kemudahan akses yang ditawarkan oleh media daring membuat banyak orang beralih ke berita digital. Tak bisa dimungkiri, internet memberikan informasi dalam hitungan detik, kapan saja dan di mana saja, tanpa perlu menunggu edisi cetak esok pagi.
BACA JUGA:Kopi dan Penulis, Dua Hal yang Tak Bisa Dipisahkan
Akibatnya, banyak perusahaan pers cetak yang tak mampu bertahan. Beberapa harus menutup usaha mereka, sementara yang lain memilih beradaptasi dengan beralih ke media digital. Meski begitu, ada satu hal yang tak bisa digantikan oleh platform daring: pengalaman membaca koran sebagai sebuah ritual. Koran bukan sekadar lembaran kertas berisi berita, tetapi juga simbol nostalgia, interaksi sosial (ingat bagaimana orang-orang dulu bertukar lembaran atau mengomentari berita bersama?), serta arsip sejarah yang autentik.
BACA JUGA:Sekilas Mengenal Koran Legendaris Pos Kota yang Hingga Kini Masih Bertahan
Kini, koran cetak mungkin tak seramai dulu, tetapi keunikan dan jejak sejarahnya tetap ada. Pertanyaannya, apakah kita hanya akan mengenangnya sebagai bagian dari masa lalu, atau masih ada tempat bagi koran dalam kehidupan modern kita?***
Sumber: