Suta Widhya: Langka Beras Pasca Kampanye Terakhir 10 Pebruari 2024
Ilustrasi/Pixabay--
Jakarta, AktualNews-Kondisi politik sangat berpengaruh pada aspek lainnya, baik sosial ekonomi budaya dan lainnya. Terbukti pasca Putaran Terakhir Kampanye pada Sabtu (10/2) yang berakibat langkanya pasokan beras di sejumlah minimarket yang ada di Jakarta.
Sejumlah ibu rumah tangga yang biasa beli beras dengan berat per 5 Kg/per kantong plastik menjerit. Kosong. Mau beli di Warung, kuatir mutu kurang sesuai dengan selera. Sampai akhirnya menemukan tinggal dua kantong beras beras di Indo-mart. Itu pun ternyata dibatasi hanya boleh beli 1 kantong beras.
Usut punya usut ternyata beras langka karena telah diborong oleh pihak tertentu. Dan 3 hari setelah Minggu(11/2) pun atau Rabu(14/2) saat Pemilu 2024 berlangsung beras masih langka.
"Belum ada pasokan sejak seminggu (7 hari) lalu. Mungkin dalam minggu ini akan ada pasokan beras baru. Ibu-ibu bisa cari di pasar tradisional, seperti Pasar Palmerah, Pasar Kebayoran lama dan lainnya," ujar pegawai Minimarket.
Di Kecamatan Buah Batu, Kota Bandung sekumpulan emak-emak antri membeli beras. Mereka mengeluh akan langkanya beras saat menjelang Pemilu 2024 yang berlangsung 14 Pebruari 2024. Demikian juga terjadi di Surabaya Barat, meski tidak langka tapi melambung tinggi harganya.
BACA JUGA:Suta Widhya: Apakah Masih Ada Orang Purba di Ibukota Jakarta?
Menurut pengamat Hukum Politik Suta Widhya, Selasa (20/2) di Surabaya. Kondisi kelangkaan beras bisa jadi karena ada permainan pasokan beras. Selain itu bisa juga karena ada sejumlah permintaan besar dari para politisi yang bermain money politics demi membeli suara. Itu bisa disurvey ke para Ketua RT yang diduga menjadi ujung tombang proses money politics.***
Sumber: